pelega nyawa

 i

Seandainya sesal bisa mengembalikan semua dan rapal mantra seketika menentramkan duka, kau tentu tak pilih menjadi tua. Ingatlah, kita selalu muda kelana dalam larung samudra kata.

ii

Ah, jangan kau bilang seandainya. bisa saja kekalmu sesal umpama buih lautan dan ombak yang tergulung-gulung itu pecah di karang mimpimu. Aku masih ingat, samudra selalu menertawa dan gemuruhnya menari di hati. seperti angin yang melacur suara, seperti cahaya-cahaya yang berlari, kita hanya menanti ke tepi.

iii

Kau tak tahu. Tahulah apa kita menipu cahaya di mana usia hanya menunggu dan menunggu tabuh yang meruntuhkan langit.

iv

Tapi tentu kau mau. Meski tak ada sedikit pun ruang bagi kita untuk sekedar buang muka dan apa jadinya kalau topeng-topeng di wajah kita berubah menjadi tembok? adalah tembok yang mengepung tatapan kosongmu, mengapungkan pandang dan hanya menerawangkan kata-kata.

v

O, sungguhkah, kita menipu cahaya? paras elok kita di lekuk topeng-topeng kini tampak kosong atau malah rata kayak tembok.

vi

Ya, jika kau mau, berkumurlah dengan cahaya, padanya akan mengalir nafas-nafas segar, 
pelega nyawa!


ke diri, 2010-2011
(Selamat Ulang Tahun, Kawan)

Share:

0 comments:

Post a Comment