[ paragraf ]
Sebuah usaha menulis surat (cinta) terbuka yang pertama kali dan mungkin yang terakhir kali... ( 'Cinta' coba dibaca!)
(Dear Slim) pembukaan dalam surat ini, saya pilahkan kata dari sebuah lirik lagu berjudul Stan milik Eminem feat Dido. Mengapa? Sekedar mengingatkan diri sendiri saja. Dan karena Stan adalah seorang penggemar yang terobsesi, penggila yang istimewakan dirinya hanya demi idola. Dan saya nggak ingin jadi Stan (begitu juga Anda, tentunya?). Saya pun berharap tidak ingin menjadi yang di-idola-kan Stan (semoga juga Anda?). Sebab 'biasanya' sang idola itu hanya mencintai 'dengan dan karena' kesombongan-nya... (silahkan terjemahkan sendiri!)
Sebelum masuk ke dalam surat, mengapa saya memilih kata 'saya' untuk menyebut diri pribadi, bukan 'aku' ataupun yang lainnya karena sebenarnya dalam 'saya' posisinya setara dan proposional dalam obyektifitas. Berbeda dengan 'aku' yang lebih sering menunjukkan superioritas-subyektifitas. Saya menempatkan Anda sama dengan saya, maksudnya sama-sama memberi, menghormati dan menyayangi, tentunya. Sebelumnya saya mohon maaf kalau dalam pembuka ini saya menggunakan kata 'Anda' untuk menyebut 'dirimu yang tercinta' dan itu semua supaya 'Cinta' sebagai pembaca tidaklah bosan... (Untuk selanjutnya saya akan mengunakan kata 'Cinta' dalam menyebut diri Anda...)
cinta (dengan awalan huruf kecil) bisa dimaknai dan bukan untuk dinikmati atau dirasakan saja. Cinta (dengan awalan huruf besar) adalah adanya Cinta sebab cinta. Saya tidak bermaksud membuat 'cinta' menjadi rumit sebab memang adanya Cinta karena cinta. Jangan terbalik? Tolong bedakan terlebih dahulu antara 'Cinta' dengan awalan huruf besar adalah Person (individu) dan 'cinta' dengan awalan huruf kecil; entahlah akan di-makna-i apa...? Sebab akan ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang menyertainya,
satu contoh:
(maaf) cinta saya nggak sesederhana puisi Sapardi Djoko Damono; Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..
dan
(maaf) cinta saya tak sehebat yang disyairkan Sheikh Jalaluddin al-Rumi; Cinta adalah kekuatan, yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah sedih jadi riang, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibbah, itulah cinta..
Sebab ketika seseorang 'cinta' maka padanya akan ada tiga unsur (benci, sayang, dan nafsu) yang akan memenuhi dan mewarnai. Kalau kepada Tuhan, Nabi, Orangtua dll yang mulia biasanya 'cinta' cenderung ke sayang... kalau kepada 'keinginan' adalah cenderung benci, misalkan 'saya ingin memilikinya' kalau ternyata tidak bisa memiliki, kalau tidak bisa berbesar hati maka akan menjadi membenci (Coba bisa Cinta buktikan sendiri...?) Dan yang paling banyak 'cinta' sebab unsur yang terakhair, nafsu. Saya bedakan antara nafsu dan keinginan, mungkin sedikit janggal namun begitulah, keinginan adakalanya baik dan nafsu disini saya artikan hanya birahi. Sehingga cinta diartikan 'Cuma Ingin Nikmati Tubuh Anda' sebagai bukti telah banyak beredar video-video porno, entah mereka ata sdasar suka sama suka, pemerkosaan, atau pakerjaan yang haram (bintang film porn), yang jelas mereka pada dasarnya memang 'birahi'. Adalah omong kosong kalau berbuat semacam itu karena sayang. saya juga jadi mikir, mengapa mereka mau dilecehkan oleh 'cinta'?
Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi dan memang harus padu meski kadang ada yang mengalahkan prosentase satunya ke yang lain sehingga (adanya 'Cinta' karena 'cinta') sering menjadi sebuah kisah dan ini sesuai dengan makna cinta yang lain: Cerita Indah Namun Tiada Arti? Sekarang terserah bagaimana 'Cinta' mau memaknai 'cinta' saya?
Jangan bingung dengan huruf besar dan huruf kecil pada kata itu... sebab Cinta dan cinta tidaklah sama meski keduanya saling mempengaruhi. Lha...pada 'adanya Cinta sebab cinta' jangan sekali saja dibalik dan jika dibalik maka sama halnya kisah itu adalah 'kacamata'.
Cinta, tentu tahu kacamata? baik berupa lensa yang hanya pas di kornea ataupun kacamata yang besarnya 2 kali lebar mata, hahaha... dan nggak akan disebut kacamata kalau tidak ada kacanya.begitu pula cara pandangnya...
Ini butuh sebuah kejujuran... Cinta melihat kekasihnya dengan apa? dan saya harap Cinta jangan melihat dengan teropong atau teleskop sebab sama halnya itu ketika Cinta melihat telinga Cinta sendiri? Gimana sanggup? Lalu jangan pula melihat dengan mikroskop. Ada sebuah lelucon 'ditemukannya bakteri sebab ditemukannya mikroskop' yang pastinya kan nggak begitu? dan insyaAllah kalau kita berjodoh 'cinta' adalah bakteri itu... sudah ada sejak dulu, dahulu sekali.
Ah, tidaklah berlebih kalau saya ingin memaknai 'cinta' dan memadukan Cinta. Merajutnya menjadi sebatang rokok (lintingan) dan menyulutnya dengan api 'sayang' lalu akan menyala sedikit 'bara nafsu' di ujung rokok itu. Maka kemudian asap-asap kisah itu akan merayapi awang-awang, meninggi dalam ruang, mencari celah terbang tanpa lelah dan semoga dapat menyatu menjadi awan yang terarak angin untuk menjadi hujan berkah...
Kembali pada melihat adanya Cinta karena cinta? pada 'kisah itu' (saya menyebut kisah itu untuk memudahkan saya menerjemahkan hubungan yang rumit ini... :D) adanya cinta akan trasparan kalau 'seharusnya' tidak saling 'ingin dianggap lebih' oleh kekasihnya. Hmm, mengapa 'seharusnya' sebab diakui atau tidak 'ingin dianggap lebih' adalah daya pikat. Dan kata 'tidak saling' akan lebih berarti kalau ada rasa saling menghormati dan menyayangi. Seperti telah diucapkan oleh orang-orang yang telah berikrar suci bahwa: adalah menyatukan dua hal yang nggak akan pernah sama dan pasti berbeda tapi hanya karena rasa saling menghormati dan menghargai yang akan menyatukannya (ya, ini adalah makna menikah...) ya, meski masih jauh, jauh sekali. Tapi hanya sejauh mata memandang... dan tak sedekatkah Cinta seperti urat nadi?
akhirnya, surat Cinta yang aneh ini bertutur tentang 'kisah itu'. Dan mestinya harus ditegur dengan senyuman manis. Sebab Cinta tahu saya paling tidak bisa menulis surat 'cinta'. hahaha... terasa amat kaku dan lucu, saya ulang-ulang baca berkali-kali dan saya ulangi lagi, saya tertawa sendiri. Tapi mungkin intinya ada pada 'bagi diri pribadi kesempurnaan itu tidak ada, yang ada hanya prilaku menuju pada kesempurnaan itu dan selalu memperbaiki diri'
keybord tuts ini terasa lelah mengiringi jejemari saya menari, begitu pula keringat di benak telah menguap sebab mendidihnya otak yang saya gunakan memasak: Sebuah usaha menulis surat cinta...
terima kasih, telah sudi membaca...
(hormat saya: Bejo Halumajaro)
NB: sangat kurang panjang...
0 comments:
Post a Comment