[paragraf]
Tidak asing lagi, pada bulan ke delapan kalender Hijriah, kita akan selalu temui bulan Ramadhan. Bulan yang disucikan umat Islam, sebab ada berbagai peristiwa dan kemuliaan di dalamnya; di mana pada bulan itu telah diturunkan al Quran dengan malam Lailatul Qodar-nya, sampai sebutan bulan penuh berkah dan pengampuanan dosa. Ramadhan dengan puasa dan segala tata cara beribadah yang seperti dicontohkan oleh nabi adalah berarti lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencinta, tentunya dengan memperbanyak peribadatan.
Ramadhan, dalam sejarahnya (pra Islam dan awal-awal Islam) adalah bulan genjatan senjata, di mana suku-suku nomaden yang suka berperang di Jazirah Arab harus menghentikan kegemaran berperangnya. Dari sini, Islam kemudian datang memberi warna melalui akulturasi tradisi/kebudayaan (suka berperang) dengan nilai-nilai Islami. Pada masa gencatan senjata ini, kebiasaan perang terhadap orang lain diganti dengan perang kepada diri sendiri. Ya, Ramadhan kemudian menjadi medan pertempuran antar ego pribadi dan ketundukan akan ketidakberdayaan diri, serta seorang yang berpuasa diharap mampu ikut berempati terhadap sesuatu yang kurang (baca: orang kurang mampu).
Puasa, sejatinya sudah dilakukan oleh umat sebelum kita dan ini seperti diberitakan oleh al Quran;
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa"( QS Al-Baqarah :183 )
Kendati ada beberapa pendapat tentang kapan dan bagaimana ‘orang-orang sebelum kamu’ melakukan puasa, namun pada umat Nabi Muhammad SAW, puasa yang disyariatkan mulai tahun 2 Hijriah ini dilakukan sebulan penuh pada bulan Ramadhan di siang hari mulai fajar menyingsing sampai matahari terbenam.
Puasa adalah untuk meningkatkan kadar ketaqwaan seseorang. Meski dari bidang kesehatan/ kedokteran menyebutkan tentang manfaat puasa bagi tubuh yang secara alami memetabolisme sel-sel tubuh dan menghilangkan racun-racun kimiawi dan itu hanya merupakan nilai plus saja sebab sesungguhnya yang tahu tentang puasa kita hanya Allah, seperti dalam hadis;
“Puasa itu untukKu dan biarkan Aku yang akan menganugerahkan pahalanya.” (HR. Muslim) “
Ada banyak elemen ibadah yang beriringan dengan aktifitas puasa di bulan Ramadhan. Dan itu dilakukan kontinyu dari awal bulan. Tarawih, iktikaf, memperbanyak taddarus dan lain-lain, yang kemudian disempurnakan pula dengan zakat fitrah pada akhir bulan. Di samping ahwal ibadah fisik tersebut, jika menilik makna, ‘puasa’ yang berarti ‘menahan’. Baik itu menahan untuk tidak melanggar aturan berpuasa ataupun (seyogyanya kita juga melatih) untuk menahan jiwa dari penyakit-penyakit hati (gunjing, dengki, dusta, sombong, dll) meski sebenarnya hal itu tidak membatalkan puasa? Namun jelas penyakit-penyakit hati mengurangi kadar kwalitas berpuasa kita. Untuk apa berpuasa kalau masih menyimpan penyakit hati. Maka bersiapkah kita puas(a)kan Ramadhan! Sempurnakan dan puas(a)kan Ramadhanmu?
Ke diri, Ramadhan 1431 H (buletin Robithoh LTN Kota Kediri)
gambar atas dari
0 comments:
Post a Comment