[ poesie ]
Sekian,.. begitu ucap kau di akhir sebuah kisah yang terujung
tanya dan hanya menyisa resah. Engkau tak pernah merasa kecewa, dan
bersalah atau kami yang menyimak tersibak dan tersibukkan makna yang
dipaksakan hitam. Gelap menyelubung dan dentingan huruf berplantingan di
benak, terusung oleh letik jemari yang menari di coretan putih (itu
hanya menurutmu, bukan?) Namun, di sini kami menyaksi rasa yang beda,
warna yang nggak sama lagi dan cipta yang hambar pada kesekian yang
terucap, tercecap lalu lenyap begitu saja. Dan kau berucap, "Antara
kebisingan dan kesunyian terletak di kesendirian. Ketika burung-burung
malam beterbangan dan gelap bukan lagi lawan sebab yang hinggap dan ada
dalam pengap, hanya imaji yang terhenti" (dan Bukan pada waktunya,
bukan?) O,.. apa yang kau tangkap dari kisahmu yang terbengkalai di
mimpi kami, dari kata-kata yang berjubal terjejal di ketidakpahamanan
kami, begitu pula sudut pandang telah lama tersudut di picing mata dan
sepertinya gemerincing koin-koin berjatuhan tergelegar ledakkan hati.
Maka bukan lagi kami yang tidak percaya dan bukan pula kata-kata yang
terjerat makna. Mereka yang mimpinya telah dicuri, mungkin akan lebih
banyak bersaksi dan kami hanya sanksi...
0 comments:
Post a Comment